Oleh
: Bunda Astutiana M
Rara, Puput, dan Cicing
adalah tiga makhluk Allah yang
bersahabat sejak lama. Rara seekor kura
kura cantik penghuni sebuah kolam yang ada di pinggir hutan. Puput nama dari
siput hewan kecil yang baik, dan Cicing adalah seekor cacing tanah yang selalu
riang gembira. Mereka sedang asyik bermain ketika datang seekor kupu kupu cantik dan menyapa mereka.
“ Hai,aku Pupu bolehkah aku bermain dan bergabung
bersama kalian? Aku pendatang baru
disini.”ucap Pupu dengan ramahnya ketika mendarat di atas sebuah batu.
“Oh hai juga, silahkan,
kami senang sekali mendapat teman baru sepertimu,” jawab Rara sambil tersenyum.
Mereka pun bermain dengan riang gembira. Tetapi sebenarnya ada rasa iri di hati
si Rara, Puput, dan Cicing. Mereka menganggap bila si Pupu adalah makhluk Allah
yang sempurna, memiliki sayap yang indah dan bisa terbang kemanapun ia sukai,
sedangkan mereka hanya bisa melata di tanah di tanah, bebatuan atau di daun.
“Mengapa kalian
memandangku seperti itu? Kalian iri ya dengan sayapku yang cantik dan juga
karena aku bisa terbang?” tanya Pupu sambil tersenyum.
“ Siapa yang mau ikut
aku terbang dan hingap di bunga bunga indah yang ada di taman?” ajak Pupu
dengan senyum mengejek.
Si Pupu merasa bangga
memiliki sayap yang indah, dan bisa terbang ke sana kemari. Pupu menjadi
sombong, akhirnya banyak yang semakin iri padanya. Sampai pada suatu hari yang
cerah ketika mereka sedang asyik bermain di sekitar hutan kecil itu tiba tiba
mendung tebal datang berangsur jadi gelap, petir menyambar dan hujan mulai
turun.
“ Hmm, nampaknya akan
ada badai teman, bagaimana ini?” kata Cicing ketakutan.
“ Entah lah
mungkin....” belum selesai Rara menjawab hujan turun dengan lebat beserta angin
kencang. Karena ketakutan Cicing langsung masuk ke dalam tanah, Puput masuk ke
dalam cangkangnya dan si Rara bersembunyi di balik batu, sementara Pupu
kebingungan dan sangat ketakutan. Ia tidak bisa terbang karena anginya sangat
kencang. Akhirnya Pupu terbawa angin kencang entah kemana.
“ Oh tolong...aku
takut, ” teriak Pupu. Rara , Puput dan Cicing mendengar teriakan itu tapi
mereka tidak bisa menyelamatkannya. Angin kencang disertai hujan menghalangi.
*****
Tiga hari sejak kejadian itu Rara dan teman temannya tak
pernah berjumpa Pupu. Mereka sangat rindu karena walau ada rasa iri, mereka
tetap sayang pada sahabat barunya si Pupu. Mereka memutuskan untuk datang ke
rumah Pupu.
Tiba di rumah Pupu,
Rara memberi salam. Setelah pintu dibuka terlihat ibu si Pupu dan
mempersilahkan mereka masuk.
“ Kami datang kesini
ingin menengok Pupu,” kata Puput mewaliki teman temannya.
“ Tentu saja silahkan.
Pupu sedang sakit karena kehujanan. Ia sangat sedih. Masuklah temui ia di
kamarnya” ucap Ibunya Pupu
Pupu sedang berdiam
diri sambil memandang ke arah jendela kamar. Tampaknya ia sedang demam karena
kehujanan. Tampak ada bagian yang patah dari bagian sayapnya.
“ Pupu, bagaimana
kabarmu? Mengapa kau tak keluar dan bermain bersama kami? Tanya Puput
Pupu kaget ketika
mengetahui ada teman temannya yang menjenguknya.
“ Kalian sedang apa di sini?” ucap Pupu
“ Kami sangat cemas
terhadapmu. Karena sejak badai kau tak pernah datang bermain ke tempat biasa
kita berkumpul.” Ucap Cicing sangat hati hati
‘ Aku malu, sayapku
patah dan aku tidak bisa terbang, dulu aku merasa paling hebat bisa
terbang dan memiliki sayap yang
indah.Sekarang sayap itu rusak.“
“Tidak usah malu Pupu,
kami bersahabat. Kami juga sebelumnya merasa iri dengan keindahan dan
kemampuanmu yang bisa terbang.” Rara menenangkan hati Pupu
“ Kalian sahabatku yang
baik. walau dulu aku sombong dan sering mengejekmu, maafkan aku.” Sesal Pupu
“Pupu kau adalah
sahabat kami, katika kau tidak hadir dan bermain, kami kehilanganmu.” Cicing
ikut bersuara
“ Kami berdoa semoga
sayapmu cepat membaik dan kita bisa bermain bersama lagi.” Ucap Rara dengan
tulus.
Akhirnya dengan sayap
yang rusak Pupu masih bisa bermain dengan ketiga sahabatnya. Diantara mereka
tidak ada lagi iri dan dengki.