Rabu, 06 Maret 2024

Ketika Tangan Allah Bekerja (2)


Ketika Tangan  Allah Bekerja (2)
OTW Solo- Segoro Gunung

Oleh: Sri Sugiastuti

Acin...
Kesayangan ibu... apa kabarmu Nak?
Weekendmu nun jauh disana kau isi dengan giat apa?
Semoga celoteh ibu tentang tadabur alam sekaligus silahturahmi yang ibu sampaikan,  membuat kau seakan membersamai kegiatan ini.

Acin...Mobil bermata sipit itu bergerak lambat ke arah Karanganyar. Suasana malam Minggu membuat lalu lintas padat merayap. Biasanya bada magrib seperti ini, ibu masih warisan  hingga azan Isya. Saat memandang lurus ke jalan, pikiran ibu flashback saat ibu kuliah 45  tahun lalu.  Jalan Raya itu banyak menyisakan kenangan indah. Awal pertama ibu mengajar di sma swasta pgri Karanganyar.  Ibu harus naik angkot. Jaraknya juga lumayan jauh butuh 2 jam lebih. Karena waktu itu ibu sebagai guru muda, usia tidak banyak terpaut dengan siswa yang duduk di kelas 12 atau siswa yang hampir lulus. Mereka dari desa banyak yang telat masuk SMA jadi ada juga yang usianya sebaya dengan ibu.

Acin... ibu  mau cerita ya. Awal jadi guru ibu sangat akrab dengan siswa- siswi di SMA itu. Ibu jadi ingat saat ada siswa yang ngirim surat cinta. Di sudut amplop ditulis "untuk guruku yang Manis." (Padahal ibu tidak membawa tongkat dari pohon tebu.) Isi suratnya sopan dan ditulis dengan bahasa yang santun. Alhamdulillah untuk kasus ini bisa ibu selesaikan dengan baik tanpa melibatkan guru, juga Kepala Sekolah. Belakangan ini baru ibu cerita dengan bapakmu. Lucu ya! Padahal di mata teman mahasiswa ibu memberi lebel bahwa ibu termasuk  gadis tomboy. Sebagian besar teman ibu cowok.

Si Avanza mata sipit terus melaju ke arah Karangpandan. Lagi- lagi memori ibu bekerja. Seminggu sebelum acara gathering ibu sudah pesan sesuatu dan sesuatu ke mbak Yuni. Ingatkan!  Dia yang momong Acin saat usia untuk 4-6 tahun. Sebagai ART yang lumayan banyak membantu kita. Dia keluar karena dipinang tetangga lain desa yang belum pernah dikenal sebelumnya. (Biasa campur tangan orangtua dan Tangan Allah Bekerja). Saat itu ibu dapat izin menghadiri pernikahan mbak Yuni di desa.

Ada satu peristiwa yang baru sekali ibu temukan sampai saat ini. Proses menghitung uang sumbangan dari tamu yang hadir. Selain ada yang menyumbang barang dan dicatat dengan rapi. Ini penting untuk dokumentasi bila suatu saat si penyumbang juga punya hajat, hukumnya wajib menyumbang lebih besar dari apa yang disumbangkan saat ini. Nah saat menghitung sumbangan ada prosesi dimana uang dari dalam kotak Sumbangan ditaruh atau dipindah ke baju pengantin putri yang tadi dipakai saat di pelaminan. Setelah amplop sumbangan dipindah, baru dibuka, dicatat dan hitung sampai tuntas. Maknanya mungkin, suami yang mencari rezeki, istri yang harus mengelola dengan baik.

Acin ibu bukan mau cerita tentang sumbangan pernikahan.  Karena tiba- tiba melintas jadi ibu tulis saja. Ibu  sudah kontak mbak yuni supaya pesan getuk dan durian. Ibu teringat saat ini musim durian. Dan getuk yang sering mba yuni  bawa ke rumah itu enak sekali. Terbayang saat dua jenis pesanan ibu dihidangkan sebagai pot luck yang ibu bawa. Oya selain itu ibu juga bawa pipes, oseng bunga pepaya, singkong rebus dan tahu isi. Terbayang besok menu yang akan tersaji sudah bikin perut lapar.

Oya di mobil juga ada combro buatan ibu yang menyelera. Untuk isinya si oncom ibu ganti gembus dan tempe.Ya tetap enak. Maklum makanan berbahan baku singkong selalu menjadi makanan  favorit ibu. Coba hitung berapa jenis makanan berbahan baku singkong yang ada di Nusantara. Banyak sekali. Ini bagian dari kekayaan Indonesia.


Acin bisa merenung ya! 

Dari apa yang ibu tulis itu tidak lebih dari rasa syukur  ibu yang ibu kemas dalam satu tulisan. Betapa ibu bersyukur diberi umur panjang.  Betapa ibu bersyukur bisa napsk tilas dan silahturahmi bersama keluarga besar ibu dari beberapa generasi. Š•yang, ibu, bude, anak mantu, cucu, dan buyut. Tanpa campur tangan Allah, sangat tidak mungkin. Adanya nikmat sehat dan sempat. Ibu dipertemukan dengan orang- orang baik.

Soloraya, 06 03 2024