Pentingnya Melestarikan Sastra Lama dengan Karmina
Oleh Sri Sugiastuti
Di tengah gempuran modernitas dan arus budaya populer, sastra lama bagaikan mutiara terpendam yang menyimpan kekayaan sejarah, budaya, dan nilai-nilai luhur bangsa. Melestarikan sastra lama bukan sekadar menjaga warisan leluhur, tetapi juga membuka jendela pengetahuan dan menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Sastra lama, bagaikan cermin yang merefleksikan kehidupan masyarakat di masa lampau. Karya-karya sastra lama, seperti hikayat, naskah kuno, dan syair, pantun, gurunya, dan Karmina (Pantun Kilat) tak hanya menyajikan cerita yang menghibur, tetapi juga memuat nilai-nilai moral, filosofi, dan kearifan lokal yang tak lekang oleh waktu.
Menyelami Khazanah Budaya dan Sejarah
Melestarikan sastra lama berarti menyelami khazanah budaya dan sejarah bangsa. Dari naskah kuno, kita dapat mempelajari asal-usul tradisi, kepercayaan, dan sistem sosial masyarakat di masa lampau. Karya sastra lama juga menjadi sumber informasi berharga tentang bahasa, adat istiadat, dan cara pandang masyarakat terhadap dunia.
Manfaat melestarikan Sastra Lama antara lain;
1. Menumbuhkan Rasa Cinta Tanah Air
Memahami sastra lama dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air dan penghargaan terhadap budaya bangsa. Dengan membaca karya sastra lama, kita dapat merasakan semangat juang para leluhur, memahami nilai-nilai luhur yang mereka pegang teguh, dan belajar dari kearifan lokal yang mereka wariskan.
2. Menginspirasi Kreativitas dan Inovasi
Sastra lama tak hanya bernilai sejarah, tetapi juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi para seniman dan kreator modern. Kekayaan cerita, gaya bahasa, dan nilai-nilai yang terkandung dalam sastra lama dapat diadaptasi dan diolah menjadi karya seni baru yang kontekstual dan relevan dengan zaman.
Perlu digarisbawahi bahwa
melestarikan sastra lama bukan tanpa tantangan. Di era digital, minat masyarakat terhadap karya-karya lama kian menurun. Kurangnya edukasi dan promosi juga menjadi faktor yang menghambat pelestarian sastra lama.
Upaya pelestarian sastra lama harus dilakukan secara berkelanjutan dan melibatkan berbagai pihak. Pemerintah perlu memberikan perhatian dan dukungan dalam bentuk pendanaan, penelitian, dan edukasi. Masyarakat, khususnya generasi muda, perlu didorong untuk mempelajari dan mengapresiasi sastra lama.
Sebagai pegiat literasi kita wajib menggandeng generasi muda untuk ikut melestarikan sastra lama, karena Generasi muda memiliki peran penting dalam melestarikan sastra lama. Dengan mempelajari dan mengapresiasi karya sastra lama, generasi muda dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air, memahami nilai-nilai luhur bangsa, dan menjadi penerus budaya yang bertanggung jawab.
Melestarikan sastra lama adalah tanggung jawab bersama. Dengan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan generasi muda, kita dapat menjaga warisan budaya bangsa dan memastikan bahwa kekayaan sastra lama terus lestari dan menginspirasi generasi penerus.
"Salah satu contoh sastra lama yang patut dilestarikan adalah Karmina atau Pantun Kilat."
Apa itu Karmina? Karmina adalah salah satu bentuk karya sastra yang cukup populer. Dalam budaya masyarakat Betawi, Karmina sering digunakan dalam prosesi pernikahan dan pesta budaya lainnya.
Karmina termasuk jenis puisi lama Melayu. Tak sedikit orang yang menyebutnya sebagai pantun karena memiliki struktur yang hampir sama. Walaupun mirip pantun, ternyata Karmina berbeda dengan pantun pada umumnya.
Struktur Karmina
Struktur karmina terdiri atas dua baris, baris pertama merupakan sampiran atau kiasan karmina. Sementara itu, baris kedua merupakan isi dari pantun karmina. Isi dari karmina bisa berupa pernyataan lugas ataupun sindiran pada suatu hal.
Karmina terdiri dari dua baris.Baris pertama disebut Sampiran dan baris kedua disebut isi.
Setiap baris pada karmina terdiri dari 8-12 suku kata atau empat suku kata.
Antara sampiran serta isi tidak ada hubungan dengan yang lainnya.
Terkandung dua hal yang bertentangan, yakni rayuan maupun perintah.Karmina juga tergolong karya sastra yang unik. Karmina dapat digunakan sebagai sarana menyampaikan pesan dengan bentuk yang pendek namun bermakna. Setiap jeda pada kata dibubuhkan dengan tanda koma.
Pada setiap baris harus selalu diakhiri dengan tanda koma, kecuali pada baris keempat yakni selalu diakhiri dengan tanda titik.
Beberapa contoh Karmina
Jiwa santun tanpa muslihat,
Inilah pantun kilat nasihat.
Minum jamu di pagi cerah,
Perbanyak ilmu hidup berkah.
Ikan nila dimasak pindang,
Semangat menyala hati tenang.
Ajak sahabat ke batu jajar,
Ilmu didapat dengan belajar.
Di ruang tamu ada meja jati
Carilah ilmu sepenuh hati.
Mendalami satu jenis sastra lama menyadarkan kita betapa Indonesia sarat akan budaya luhur yang patut dilestarikan. Hal ini memantik kita untuk lebih bersemangat lagi mempelajari karya-karya sastra lama yang menarik, kemudian bacalah dengan penuh rasa ingin tahu, dan pelajari nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
Mari kita jaga dan lestarikan sastra lama, agar kekayaan budaya bangsa tidak tergerus oleh arus modernitas.
Soloraya, 22 Juli 2024