Selasa, 12 Maret 2024

BULAN RAMADAN IDENTIK DENGAN AMPUNAN


BULAN RAMADAN IDENTIK DENGAN AMPUNAN

Oleh Sri Sugiastuti

Manusia hidup tak pernah lepas dari jeratan dosa. Baik itu dosa ringan atau pun dosa berat. Itulah sebabnya kita selalu memohon ampunan di saat selesai salat fardhu atau pun jadi bagian kalimat toyibah yang kita ucapan setiap hari.

Di zaman yang serba instan di era milenial banyak peluang untuk berbuat dosa. Contohnya banyak dimanfaatkan orang dengan melakukan penipuan online, menjadi hacker, memproduksi berita hoax dan menjualproduk palsu. Itu semua bagian dari mudahnya berbuat dosa tanpa ada filter yang kuat untuk membentengi yaitu keimanan dan ketakwaan seseorang.

Ada juga dosa yang dihasilkan karena ketidaktaatan pada perintah Allah seperti meninggalkan salat karena te berlama-lama berada di Mall, main games, atau sekadar bersibuk diri membaca komentar di WA, tidak puasa di bulan Ramadan, melakukan free sex, berjudi, ikut transaksi narkoba, dan masih banyak lagi. Perlahan tapi pasti akhirnya mereka menyadari berada di tempat yang salah, telah melakukan yang dilarang Allah dan mereka pun mulai galau dengan apa yang sedang dikerjakan karena sudah melenceng jauh dari apa yang dipeirntahkan Allah SWT.

Dalam kegalauan mereka akan kembali pada Al Quran dan membuka petunjuk yang ada di dalamnya. Allah SWT, Allah berfirman.
“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS At-Tahrim: 8)
"Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat nasuha (tobat yang semurni-murninya)." Sebenarnya apa yang dimaksud dengan tobat Nasuha?
 Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur'an al-'Azhim menjelaskan, tobat nasuha, yaitu tobat yang jujur, yang didasari atas tekad yang kuat, yang menghapus kejelekan-kejelekan di masa silam, yang menghimpun dan mengentaskan pelakunya dari kehinaan.

Dalam kitab Riyadh as-Shalihin dijelaskan, jika kemaksiatan itu menyangkut urusan seorang hamba dengan Allah saja, tidak ada hubungannya dengan hak manusia, tobatnya harus memenuhi tiga syarat. Pertama, hendaklah berhenti melakukan maksiat. Kedua, menyesal karena telah melakukan kemaksiatan. Ketiga, berniat tidak akan kembali mengulangi perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya. Apabila tobatnya berkenaan dengan hubungan sesama manusia, tiga syarat tersebut ditambah satu lagi. Orang yang bertobat itu harus meminta kehalalan dari orang yang diambil hak-haknya atau dizalimi.

Tiga syarat tadi mutlak dipenuhi pleh orang yang ingin bertobat. Memang saat bertobat tidak harus menunggu bulan Ramadan.Tetapi sangat jelas bahwa bulan Ramadan adalah bulan ampunan.Jadi sangat cocok buat orang yang sedang galau dan merasa sudah melangkah terlalu jauh dari perintah Allah untuk segera bertobat. Manusia masih diberi kesempatan dengan datangnya bulan Ramadan yang penuh keberkahan, ampunan dan terbukanya pintu surga bagi orang-orang yang ingin menjadi penghuninya.

Rasulullah mengajarkan kita mengiringi keburukan dengan kebaikan, niscaya dengan kebaikan itu akan gugur tiap-tiap keburukan. Karena, seperti sabda Nabi dari Abdullah bin Umar, "Sesungguhnya Allah menerima tobat hamba selama ruhnya belum sampai di kerongkongan."
Momentum bulan Ramadan sangat tepat untuk menggapai ampunan dengan bertobat nasuha. Allah selalu memberi kesempatan pada umat-Nya untuk bertobat. Masalahnya bagaimana dengan perasaan dan kesadaran manusianya sendiri. Apakah dia tetap terlena atau menyadari dan merasa galau dengan dosa-dosa yang diperbuat.

Saatnya memohon ampunan untuk dosa yang telah diperbuat baik itu dosa kecil maupun dosa besar, baik yang disengaja maupun tidak. Selagi masih ada kesempatan. Ayo lakukan jangan ditunda lagi.

Sri Sugiastuti, belajar mengamalkan satu ayat untuk dirinya dan berbagi.
Pernah menghiasi  Blog Gurusiana 2018