Kamis, 26 Oktober 2023

HIDUP BAGAI TALANG

Hidup Bagai Talang

Sri Sugiastuti 

Bisa berbagi pada yang lain. Sudahkah kita lakukan? Pertanyaan itu menohok hati Bu Kanjeng. Kadang merasa sugih dewe, pinter dewe, nguyu dewe. Itu juga susah. Jadi sebaiknya kita itu pandai - pandai berbagi pada yang lain. 

Ada perumpamaan yang cantik dari sebuah lampu. Ya Lampu bisa menyalurkan pada yang lain. Ada saklar mahal kalah dengan saklar murah bila tidak bisa menyalurkan sia-sia. Jangan sampai malu karena ada tuntutan dari tetangga
Pasti tidak bisa tidur. 

Artinya tidak  mukmin bila ada tetangga yang masih lapar. Pernahkah ngabsen tetangga  yang belum  makan. Disinilah, fungsi  kekhalifahan harus hidupkan. 
Kita harus bisa sebagai penyalur kasih sayang Allah. 

Banyak cara yang bisa dilakukan. Contoh kecil dan sepele yang dilakukan teman Bu Kanjeng seorang guru di sekolahnya. Hampir tiap Jumat, ada saja yang dibawa ke Sekolah untuk berbagi dengan teman-temannya. 

Bu Kanjeng tidak kaget, karena memang sering menerima dan langsung disalurkan. Layaknya sebuah talang yang menyalurkan apa yang sudah diterima. Ada 2 kg mie basah, 3 ikat sawi sendok, dan 5 ikat besar bayam cabut. 

Otak  Bu Kanjeng langsung bekerja. Ini Jumat barokah, gizi santri TPA pun harus dipikir. Secepat halilintar menu menari di benaknya. Untuk guru karyawan mie goreng dan pecel oke. Untuk santri TPA nanti sore, nasi goreng dan bola- bola daging giling. Lalu yang mengerjakannya siapa Bu Kanjeng? Mungkin ada pertanyaan itu ya? Bagi- bagi tugas sesuai tupoksi masing- masing. Ada ibu kantin yang biasa ia mintai tolong. Artinya Bu Kanjeng bisa berbagi lagi. Berbagi pekerjaan tepatnya. 

Setelah jelas perintahnya. Bu Kanjeng beralih ke tugas lain. Ia ingin silahturahmi ke rumah besannya yang menderita kanker. Sejak idul fitri Bu Kanjeng belum berkunjung lagi. Ia tidak ingin menyesal karena menunda. Senin lalu hal itu terjadi. Ia mengingkari kata batinnya. Sudah direncanakan Sabtu akan menengok besannya yang juga menderita kanker stadium lanjut. Bu Kanjeng menunda karena ada kegiatan lain. Nah penyesalan pun datang. Allah memanggilnya untuk menghadap- Nya.

Padahal Bu Kanjeng paham mendoakan dan mengunjungi orang sakit itu wajib hukumnya. Sekaligus sebagai pengingat betapa rezeki sehat itu sangat berharga. Selain Itu juga sebagai introspeksi diri bahwa di saat kita diberi ujian sakit, maka materi itu tidak ada nilainya. 

Maka hiduplah seperti talang yang bisa menyulurkan apa yang sudah didapat. Ada juga yang memberi perumpamaan bahwa rezeki itu bak air yang ada di dalam sumur. Tidak boleh ditimbun. 

Sumur bila tidak ditimba, maka air itu akan tidak enak, bau, airnya pun keruh. Begitu juga rezeki yang kita peroleh, bila ditumpuk pasti mubajir. 

Gambaran hidup bagaikan talang membuka wawasan Bu Kanjeng untuk selalu bisa berbagi dan bersyukur punya kesempatan memikirkan orang lain.Bu Kanjeng yakin hidupnya pun sudah ada yang mikir. 

Bagaimana menurut anda? 

Soloraya, Jumat 7 Agustus 2020

Mendidik Dengan Hati




 
Perjuangan seorang ibu belum selesai bila ia tidak mengajarkan anaknya bersikap lemah lembut, menghormati orangtua, dan  berbakti kepada orangtua. Anak harus dipahamkan bagaimana kelak ia bersikap kepada kedua orangtuanya. Bersikap sesuai dengan yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Anak harus mengerti keutamaan berprilaku hormat kepada orangtua. Bagaimana ia  berprilaku hormat (berbakti) kepada orang tuanya, diantaranya : Amal yang paling utama dan sangat di cintai oleh Allah adalah berbakti kepada orang tua, sholat tepat pada waktunya dan berjihad di jalan agama Allah SWT. Untuk  meraih itu 
semua orangtua harus bisa mendidik dengan hati, penuh kasih sayang dan lemah lembut.
Hal tersebut di atas sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, bahwa pada suatu ketika salah seorang sahabat Nabi bernama Abdullah bin Mas’ud mengajukan pertanyaan kepada Nabi Muhammad SAW;

”Wahai Rasulullah, amal perbuatan apakah yang paling utama di cintai Allah ? Beliau menjawab: ”Shalat tepat pada waktunya. Abdillah bertanya lagi, Kemudian apa lagi, ya Rasulullah ?” Rasulullah menjawab, Berbakti kepada orang tua”. Abdillah bertanya lagi; “Selanjutnya apa, wahai Rasulullah? Dan Beliau menjawab:”Berjihad di jalan Allah”.
 
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda : “Bertakwalah kepada Allah, dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, berhajilah ke baitulah dan berumrah, berbaktilah kepada kedua orang tua, muliakanlah tamu, tegakkanlah amal ma`ruf dan cegahlah kemunkaran Dalam riwayat lain Nabi SAW bersabda : Janganlah engkau menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun dan berbaktilah kepada orang tuamu, janganlah kamu bersuara keras dihadapannya”.

Jangan lupa anak juga harus tahu keutamaan berbakti kepada orang tua, Ini sebagai modal kesuksesannya di dunia dan di akhirat diantaranya;

·       Berbakti dan berlaku hormat kepada orang tua dapat melebur dosa-dosa besar, hal ini sesuai dengan kisah Ibnu Abbas yang diceritakan kepada Atha’ bin Yasar.
·         Berbakti dan hormat kepada orang tua dapat memberikan keberkahan hidup. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Anas bin Malik RA : ”Barang siapa yang berbakti kepada orang tuanya, maka ia akan memperoleh kebahagian, panjang umur dan senantiasa mendapat berkah dari Allah SWT”.

·         Berbakti dan hormat kepada orang tua menyebabkan mendapat telaganya Nabi Muhammad SAW di syurga. Hal ini sesuai dengan hadits riwayat Imam Hakim dari Abu Hurairah. “.....berbaktilah kepada orang tuamu, tentu kelak anak-anakmu akan berbakti kepadamu.........apabila kamu melaksanakan hal itu, niscaya ia akan mendatangi telagaku (Nabi) di syurga”
·         Berbakti dan hormat kepada orang tua menyebabkan seseorang mendapat kedudukan dan derajat yang tinggi di syurga. Hal ini diriwayatkan oleh Imam Nasa’i dari Aisyah RA.


·         Berbakti dan hormat kepada orang tua akan menyebabkan masuk syurga.
Hasil yang akan diterima oleh anak bila hormat dan berbakti pada orangtua ia akan memperoleh keberkahan hidup, kebahagiaan lahir batin dan menjadi orang yang beruntung. Hidupnya  sangatlah tergantung bagaimana ia berprilaku terhadap orangtuanya. Semakin tinggi rasa hormat, bakti dan taat maka keberkahan hidup semakin luas menyertainya.