Sabtu, 26 Juli 2025

Pelajaran: Batasan Itu Seringkali Ada di Pikiran Kita

Pelajaran: Batasan Itu Seringkali Ada di Pikiran Kita
Pernahkah Anda berhenti sejenak dan benar-benar merenungkan, dari mana datangnya batasan-batasan yang sering kita rasakan dalam hidup? Seringkali, bukan dari kenyataan di luar sana, bukan dari usia Anda di kartu identitas, dan bahkan bukan dari kondisi fisik Anda. Justru, batasan paling kuat seringkali ada di dalam pikiran kita sendiri. Itu adalah bisikan keraguan, suara "tidak mungkin," atau keyakinan yang salah bahwa kita sudah terlalu tua, terlalu lemah, atau tidak cukup baik.
Kisah Fauja Singh, sang pelari maraton yang mulai berlari di usia 89 tahun dan menyelesaikan maraton di usia 100 tahun, adalah bukti paling nyata dari hal ini. Secara logis, tubuh manusia di usia senja tentu mengalami penurunan. Namun, Fauja Singh tidak membiarkan logika itu membatasi mimpinya. Ia percaya pada kemampuan tubuhnya yang merupakan anugerah dari Tuhan, ia percaya pada kekuatan tekadnya, dan ia percaya bahwa ia bisa. Keyakinan inilah yang menggeser batasan-batasan fisik yang ada, mengubah "kemustahilan" menjadi "kenyataan."
Fauja Singh tidak fokus pada fakta bahwa kakinya tidak lagi sekuat muda, atau paru-parunya tidak lagi prima. Ia fokus pada satu hal: terus melangkah. Ia tahu bahwa setiap langkah kecil, setiap latihan disiplin, adalah cara untuk mengikis batasan mental itu satu per satu. Ia membuktikan bahwa tubuh akan mengikuti apa yang pikiran kita perintahkan, asalkan ada keyakinan yang kuat.
Ini berlaku untuk semua aspek kehidupan, bukan hanya fisik. Mungkin Anda punya impian untuk memulai bisnis, belajar bahasa baru, atau menulis sebuah buku. Pikiran Anda mungkin langsung menyahut, "Ah, sudah tua," "Tidak ada waktu," atau "Aku tidak cukup pintar." Itu semua adalah batasan yang diciptakan oleh pikiran Anda sendiri. Jika Anda bisa menggeser keyakinan itu, jika Anda bisa mulai berkata pada diri sendiri, "Mengapa tidak? Aku akan mencobanya," maka Anda akan terkejut melihat seberapa jauh Anda bisa melangkah.
> "Saya tidak berhenti. Tidak pernah berhenti berjalan."
> — Fauja Singh
Kutipan sederhana ini adalah filosofi hidup yang mendalam. Ia tidak mengatakan "saya tidak pernah jatuh," atau "saya selalu lari cepat." Ia hanya menekankan tentang konsistensi dan tidak menyerah. Begitu Anda meyakini bahwa Anda bisa terus berjalan, maka batasan-batasan itu akan mulai bergeser.
Dalam ajaran Islam, kita diajarkan untuk memiliki husnuzan (berprasangka baik) kepada Allah dan kepada diri sendiri. Allah telah memberi kita akal dan kekuatan. Mengapa kita membatasi diri kita sendiri? Keyakinan akan takdir dan ikhtiar yang maksimal adalah inti dari ajaran ini. Allah tidak akan membebani hamba-Nya melebihi kesanggupannya.
> Allah SWT berfirman:
> "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..."
> (QS. Al-Baqarah: 286)
Ayat ini adalah fondasi keyakinan yang luar biasa. Jika Allah sendiri menyatakan bahwa Dia tidak akan membebani kita di luar batas kemampuan kita, mengapa kita seringkali membatasi diri kita sendiri? Ini adalah ajakan untuk percaya pada potensi yang telah Allah anugerahkan kepada kita, untuk melihat setiap tantangan sebagai ujian yang mampu kita taklukkan dengan keyakinan dan usaha.
Jadi, teman-teman, saatnya Anda menantang batasan-batasan yang ada di pikiran Anda. Apakah ada sesuatu yang Anda pikir tidak mungkin Anda lakukan karena usia atau kondisi Anda? Ubah "tidak mungkin" menjadi "bagaimana caranya?" Percayalah pada kekuatan Anda. Karena sesungguhnya, begitu Anda menggeser batasan di dalam pikiran Anda, dunia di sekitar Anda pun akan mulai berubah, membuka pintu-pintu kesempatan yang tak pernah Anda duga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar