Sabtu, 26 Juli 2025

Kisah 6: Kegigihan dalam Dakwah dan Perjuangan: KH. Hasyim Asy'ari, Sang Panutan Umat

Kisah 6: Kegigihan dalam Dakwah dan Perjuangan: KH. Hasyim Asy'ari, Sang Panutan Umat
Dalam tradisi Islam, kegigihan bukan hanya tentang kesuksesan duniawi atau pencapaian pribadi. Lebih dari itu, ia adalah cerminan dari keistiqomahan dalam berjuang di jalan Allah, berdakwah, dan mendidik umat. Ini adalah tentang komitmen tak tergoyahkan untuk menyebarkan kebaikan, bahkan ketika rintangan terasa begitu besar dan usia tak lagi muda.
Mari kita merenungi kisah teladan dari seorang ulama besar Indonesia, Hadratussyekh KH. Hasyim Asy'ari. Beliau adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), salah satu organisasi Islam terbesar dan paling berpengaruh di dunia. Sejak muda, Kiai Hasyim telah mendedikasikan hidupnya untuk menuntut ilmu agama dan berjuang demi kemajuan Islam dan bangsa. Namun, puncaknya justru terlihat jelas di usia lanjutnya.
Bayangkan situasinya: Indonesia berada di bawah penjajahan yang keras, umat Islam menghadapi berbagai tantangan, dan perpecahan seringkali mengancam. Di fase inilah, di usia 56 tahun pada tahun 1926, ketika kebanyakan orang mungkin ingin menikmati ketenangan, Kiai Hasyim justru memilih untuk memikul beban yang lebih berat. Beliau mendirikan NU, sebuah wadah untuk menyatukan ulama, mempertahankan ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah, dan memperjuangkan kemerdekaan. Ini adalah sebuah upaya kolosal yang membutuhkan kegigihan luar biasa, baik secara intelektual maupun organisatoris.
Dalam situasi yang penuh tekanan, Kiai Hasyim tetap gigih mengajar di pesantrennya, menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan, dan memimpin gerakan dakwah serta perjuangan fisik melawan penjajah. Salah satu puncak kegigihan beliau adalah ketika di usia 75 tahun, pada tahun 1945, beliau mengeluarkan Fatwa Jihad Fii Sabilillah yang dikenal sebagai Resolusi Jihad. Fatwa ini mengobarkan semangat perjuangan rakyat dan para santri untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari serangan Sekutu. Kegigihan beliau dalam membela agama dan negara, tanpa mengenal lelah hingga akhir hayat, menjadi teladan abadi bagi kita semua.
Kiai Hasyim Asy'ari mengajarkan kita bahwa kegigihan seorang Muslim adalah manifestasi dari keimanan dan keyakinan akan pertolongan Allah. Beliau tidak gentar menghadapi ancaman, tekanan politik, atau batasan fisik karena usianya. Fokusnya adalah pada misi yang lebih besar: menegakkan agama dan membela tanah air. Ini adalah contoh sempurna bagaimana ilmu dan hikmah yang terkumpul di usia senja dapat diterjemahkan menjadi tindakan nyata yang berdampak luas.
> Allah SWT berfirman:
> "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung."
> (QS. Ali Imran: 200)
Ayat mulia ini adalah seruan untuk kesabaran (sabr) dan penguatan kesabaran (musabarah), yang merupakan inti dari kegigihan. Ia juga berbicara tentang kesiapsiagaan (murabathah), yang bisa diartikan sebagai kewaspadaan dan persiapan yang terus-menerus dalam menghadapi tantangan. Kiai Hasyim hidup dengan semangat ayat ini, menunjukkan bagaimana kesabaran dan keistiqomahan dalam berjuang adalah kunci menuju keberuntungan sejati.
Jadi, teman-teman, kegigihan dalam Islam bukan hanya soal mencapai target pribadi, tetapi juga soal konsistensi dalam menyebarkan kebaikan, membela kebenaran, dan berkontribusi untuk umat. Usia bukanlah alasan untuk berhenti; justru, ia bisa menjadi panggung di mana ilmu dan hikmah Anda membuahkan amal jariyah yang tak terhingga. Adakah perjuangan kebaikan yang ingin Anda mulai atau teruskan? Pelajaran dari Kiai Hasyim Asy'ari mengajak kita untuk tetap gigih, tak peduli berapa pun usia kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar