Jumat, 25 Juli 2025

Kisah 3: Kekuatan Ilmu dan Hikmah: Cahaya yang Tak Pernah Padam

Kisah 3: Kekuatan Ilmu dan Hikmah: Cahaya yang Tak Pernah Padam
Di tengah hiruk pikuk dunia yang seringkali mengagungkan kekayaan materi dan kesuksesan yang terlihat, ada sebuah bekal yang jauh lebih berharga, yang justru semakin bersinar seiring bertambahnya usia: ilmu dan hikmah. Bagi umat Islam, ini bukanlah sekadar pengetahuan, melainkan cahaya yang membimbing langkah, fondasi kebermanfaatan, dan jembatan menuju keabadian. Usia senja, dalam pandangan ini, bukanlah akhir produktivitas, melainkan puncak di mana akumulasi ilmu dan hikmah mampu menghasilkan buah yang manis.
Mari kita belajar dari sosok luar biasa seperti Syekh Nawawi al-Bantani. Mungkin namanya tidak sepopuler pengusaha atau seniman modern, namun beliau adalah seorang ulama besar asal Nusantara yang diakui dunia. Sebagian besar hidupnya dihabiskan di Mekkah, belajar dan mengajar. Bayangkan, di usia lanjutnya, ketika banyak orang mungkin memilih untuk beristirahat, Syekh Nawawi justru semakin produktif. Beliau menulis karya-karya monumental dalam berbagai bidang ilmu agama: tafsir, fiqih, tauhid, dan tasawuf. Kitab-kitabnya, seperti Maraqil Ubudiyah atau Nihayatuz Zain, masih menjadi rujukan utama di berbagai pesantren dan lembaga pendidikan Islam di seluruh dunia hingga detik ini.
Momen titik baliknya bukan hanya satu, melainkan sebuah proses konsisten dalam menuntut dan menyebarkan ilmu. Syekh Nawawi menunjukkan bahwa dengan ketekunan, kesabaran, dan keyakinan pada keberkahan ilmu, usia bukanlah halangan. Kedalaman ilmunya yang matang, yang dipupuk selama puluhan tahun, memungkinkannya menghasilkan karya yang tak lekang oleh waktu, memberikan manfaat bagi jutaan umat yang belum pernah beliau temui secara fisik. Beliau membuktikan bahwa warisan ilmu dan hikmah jauh melampaui usia fisik seseorang.
Kisah Syekh Nawawi al-Bantani mengajarkan kita bahwa ilmu yang bermanfaat adalah investasi terbaik sepanjang hidup. Di usia senja, dengan kebijaksanaan dan pengalaman spiritual serta intelektual yang matang, seorang hamba Allah bisa mencapai puncak kebermanfaatan, menjadi mercusuar ilmu dan teladan bagi generasi-generasi selanjutnya.
> Rasulullah ﷺ bersabda:
> "Jika seorang anak Adam meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya."
> (HR. Muslim)
Hadits mulia ini menegaskan betapa tingginya nilai ilmu yang bermanfaat. Usia tua, dengan pengalaman dan kebijaksanaan yang datang bersamanya, adalah kesempatan emas untuk terus menyebarkan ilmu, menulis, mengajar, dan berdakwah, agar amal jariyah kita terus mengalir bahkan setelah kita tiada. Ini adalah sebuah bentuk kesuksesan sejati yang melampaui batasan duniawi, sebuah bekal tak ternilai untuk kehidupan abadi.
Jadi, jangan pernah merasa terlambat untuk terus belajar dan memperdalam ilmu. Baik itu ilmu agama, pengetahuan umum, atau keahlian baru. Karena setiap kepingan ilmu yang Anda kumpulkan, dan setiap hikmah yang Anda dapatkan, adalah fondasi yang kokoh untuk kebermanfaatan diri Anda dan orang lain, tanpa tergerus oleh angka usia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar